Mengambil Snapshot / Gambar Dari Video

Kadang kadang kita ingin mengambil gambar atau snapshot dari video yang kita putar. Jika langsung kita print screen maka saat pemutar video ditutup maka gambarnya juga akan hilang. Berikut ini adalah cara untuk mengambil gambar dari video yang kita mainkan dengan menggunakan Windows Media Player, inilah langkah - langkahnya :

1. Buka Windows Media Player.
2. Pilih menu tools lalu pilih options.
3. Klik tab performance.
4. Klik advanced
5. Hilangkan tanda cek pada "use overlays".
6. Klik apply lalu tutup option.
7. Buka video yang ingin diambil gambarnya.
8. Pause video dimana kita ingin mengambil gambarnya.
9. Tekan print screen.
10. Tutup Windows Media Player.
11. Buka MS Paint atau software grafis lainnya.
12. Lalu tekan ctrl + v.
13. Edit seperlunya lalu simpan.

Read More......

Fenomena Batu Bertuah

Pertengahan Januari lalu. Masyarakat Indonesia dihebohkan dengan bocah cilik asal Jombang Jawa Timur, bernama Ponari yang tiba – tiba mendapat kemampuan untuk mengobati berbagai penyakit dengan sebuah batu yang dicelupkan ke dalam air minum. Akibat ekspos media massa yang luar biasa, dengan cepat puluhan ribu orang memadati dusun tempat tinggal Ponari di Jombang. Sudah empat orang yang tewas terinjak – injak karena berdesak – desakan di gang sempit menuju rumah Ponari. Kabarnya, batu yang dengan sekali celup, air celupannya bisa mengobati segala macam penyakit. Batu yang telah menjungkirbalikkan logika ribuan anak bangsa!

Ponari, begitu pula Dewi dan entah siapa lagi yang bakal menyusul, telah menjadi fenomenal. Tapi yang lebih fenomenal dari itu semua adalah ribuan atau bahkan jutaan umat manusia yang “tersihir” dan percaya terhadap eksistensi “batu petir” dalam proses penyembuhan.

Bicara tentang batu, umat Islam telah mengenal Hajar Aswad sebagai batu yang paling popular di tengah – tengah kehidupan beragama kita, karena letak keberadaannya (di dinding Ka’bah) dan posisinya di dalam jiwa kaum muslimin, karena kaitannya dengan ibadah thawaf.
Tapi kendati pun demikian, batu adalah batu, dia tidak bisa memberi manfaat kepada siapa pun, atau pun mencelakakannya. Adapun kita sampai menciumnya, itu tidak lebih semata – mata dalam rangka meneladani apa yang diperbuat Rasulullah Saw sebagai tauladan bagi manusia. Dan konsep ini sangat dipahami sekali oleh generasi pertama umat ini, para salaf, sampai – sampai Umar bin Khattab RA, khalifah yang kedua, ketika menciumnya, ia berkata, “Sesungguhnya Aku benar – benar tahu bahwa kamu hanya batu, tidak bisa memberi manfaat atau celaka, kalau saja Aku tidak melihat Nabi Saw menciummu, Aku tidak akan menciummu.” (HR Muttafaqun ‘Alaihi dari Umar RA).

Saat ini “batu langit” itu telah menjerumuskan umat kepada kesyirikan kepada Allah Swt. Karena mereka yang mengakui eksistensi batu tersebut dalam proses penyembuhan, tidak lepas dari tiga kelompok manusia :

Yang pertama : mereka yang meyakini bahwa kesembuhan semata – mata berkat kekuatan batu, tidak ada campur tangan Allah Swt. Dalam hal ini maka, mereka telah jatuh kepada kesyirikan yang besar. Karena mereka telah meyakini ada selain Allah Swt yang menyembuhkan.

Yang kedua : mereka yang meyakini bahwa kesembuhan datangnya dari Allah Swt dan batu hanya sebagai sebab. Maka mereka telah terjatuh kepada syirik (asghor), karena mereka telah menjadikan sesuatu yang bukan sebab sebagai sebab.

Dan yang ketiga : juga merupakan syirik, yaitu mereka yang meyakini batu tersebut ada barakahnya. Sehingga mereka berebut meminum air celupannya dengan niatan mengharap barakahnya.

Al Iman At Tirmidzi meriwayatkan dari Abu Waqid Al Laitsi RA, ia berkisah, “Kami pergi bersama Rasulullah Saw menuju Hunain dan (waktu itu) kami belum lama masuk Islam. Dan orang – orang musyrikin mempunyai pohon Bidara yang mereka jadikan tempat semedi dan menggantungkan senjata – senjata mereka dibawahnya (mengharapkan barakahnya) yang mereka namakan dengan sebutan Dzatu Anwath. Maka (ketika) kami melewati sebuah pohon Bidara, kami berkata : Wahai Rasulullah! Buatkanlah untuk kami Dzatu Anwath seperti orang – orang musyrikin punya Dzatu Anwath.

Rasulullah Saw bersabda, “Allahu Akbar! Sesungguhnya ini adalah suatu jalan / ajaran, apa yang kalian ucapkan demi Dzat yang jiwaku berada di Tangan – Nya persis seperti yang pernah diucapkan Bani Israil kepada Musa, “Buatkanlah untuk kami sesembahan (selain Allah) sebagaimana mereka punya sesembahan, Musa berkata : “Kalian adalah kaum yang jahil”. Rasulullah Saw melanjutkan : “Kalian akan benar – benar mengikuti jalan – jalan umat sebelum kalian.” Dan ketahuilah kesyirikan apa pun bentuknya merupakan kedzaliman yang paling besar. Allah Swt berfirman, “Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepadanya : “Hai anakkku, jangalah kamu mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar – benar kezaliman yang besar.” (QS Luqman : 13). Dan kesyirikan adalah dosa yang tidak diampuni, Allah berfirman, “Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendaki – Nya. Barangsiapa yang mempersekutukan Allah, maka sungguh ia telah berbuat dosa yang besar.” (QS An Nisa : 48)

Dan karena kesyirikan (besar), Allah Swt haramkan seseorang masuk ke dalam surga, firman – Nya, “Sesungguhnya orang yang mempersekutukan (sesuatu dengan) Allah, maka pasti Allah mengharamkan kepadanya surga, dan tempatnya ialah neraka, tidaklah ada bagi orang – orang zalim itu seorang penolongpun.” (QS Al Maidah : 72)

Maka wajib bagi ulama Islam, tokoh – tokoh agama untuk menerangkan masalah ini kepada umat dan mencegah mereka dari terperosok ke dalam jurang – jurang kebinasaan, sebagaimana wajib bagi pihak yang berwajib untuk menutup praktek pngobatan ini serta praktek – praktek yang serupa, karena ini semua hanya berakibat pada kerugian bangsa, negara dan umat seluruhnya. Allah Swt berfirman, “Dan (ingatlah), ketika Allah mengambil janji dari orang – orang yang telah diberi kitab (yaitu) : “Hendaklah kamu menerangkan isi kitab itu kepada manusia, dan jangan kamu menyembunyikannya,” lalu mereka melemparkan janji itu ke belakang punggun mereka dan mereka menukarnya dengan harga yang sedikit. Amatlah buruk tuakran yang mereka terima.” (QS Ali Imran : 187)

Demikian, semoga Allah mengaruniakan kita pemahaman yang benar sehingga terhindar dari perbuatan – perbuatan yang melanggar syariat – Nya. Mari kita bentengi diri dan keluarga kita dari segala bentuk kemusyrikan dengan senantiasa tholabul ilmi dan bergaul bersama ulama – ulama shalih. Agar kita selamat. Wallahu a’lam bis shawab.

Read More......

Kekuatan Dzikir Bagi Kehidupan

Saudaraku yang dirahmati Allah, hidup adalah ujian dan perjuangan. Hidup ini dapat kita analogikan seperti medan tempur. Apa yang dilakukan ketika kita akan ke medan perang? Tentu, kita akan mempersiapkan diri sebaik mungkin, termasuk mempersiapkan fisik, mental, persenjataan, penguasaan medan, plus strategi jitu untuk memenangkan peperangan. Sangat konyol maju ke medan perang tanpa memiliki persiapan apa pun. Prinsip yang berlaku dia sini adalah menang atau kalah, menjadi pemenang atau pecundang. Hadiah yang disediakan pun sangat fantastis. Surga yang abadi bagi pemenang, dan neraka yang kekal bagi pecudang. Namun berperang dengan siapa? Tentu saja berperang dengan setan. Dialah musuh terbesar dan paling nyata bagi manusia. Allah Swt berfirman : “Hai orang – orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam secara keseluruhannya, dan janganlah kamu turut langkah – langkah setan. Sesungguhnya setan itu musuh yang nyata bagimu.” (QS. Al Baqarah : 208)

Berperang melawan setan, tentunya tidak sama dengan berperang melawan manusia. Setan itu lebih canggih tipu dayanya, lebih proofesional pekerjaannya, lebih banyak jumlahnya, serta tidak tampak wujudnya. Tanpa kesungguhan untuk menghadapinya, kita akan menjadi bulan – bulanan mereka. Bagaimana tidak, di manapun dan kapan pun, setan bebas menembakkan panah – panah beracun kepada kita, tanpa kita menyadarinya. Setan akan membidikkan panah asmara ke dalam hati dua orang yang bukan muhrim untuk berzina. Setan akan membidikkan panah ke mata manusia, sehingga ia merasa nikmat melihat hal – hal yang diharamkan. Membidikkan panah ke lidah manusia, sehingga ia bergibah, memfitnah, namimah, serta berdusta, begitu seterusnya.

Bagaimana memenangkan perang dengan musuh seperti ini? Perlindungan dari Allah Swt menjadi kata kunci. Dalam QS Al A’raaf ayat 200, Allah Swt memberikan jaminan, Dan jika kamu ditimpa sesuatu godaan setan, maka berlindunglah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. Salah satu cara mendapatkan perlindungan Allah adalah dengan zikir, atau senantiasa mengingat dan bergantung kepada Allah Dzat Yang Maha Kuasa.

Karena itu, Rasulullah Saw bersabada, aku perintahkan kepada kalian agar selalu berzikir kepada Allah. Sesungguhnya perumpamaan orang yang berzikir itu seperti seorang yang dicari – cari oleh musuhnya. Mereke menyebar mencari orang tersebut sehingga ia sampai pada suatu benteng yang sangat kokoh dan ia dapat melindungi dirinya di dalam benteng tersebut dari kejaran musuh. Begitu juga setan. Seorang hamba tidak akan dapat melindungi dirinya dari setan, kecuali dengan berzikir kepada Allah Swt.

Zikir dapat kita ibaratkan sebagai tameng, pakaian perang atau baju anti peluru yang akan melindungi seluruh tubuh serta jiwa kita dari panah – panah beracun yang dibidikkan setan. Itulah sebabnya Rsulullah Saw mencontohkan ibadah – ibadah wajib serta sunat kepada kita. Mulai dari shalat lima waktu yang dilengkapi shalat rawatib, tahajud, dhuha, dsb, sampai shaum Ramadhan yang dilengkapi dengan shaum – shaum sunat lainnya. Beliaupun memberi panduan berupa aneka zikir serta doa yang layak kita ucapkan dalam berbagai kesempatan. Setiap aktivitas ada doanya, minimal dengan membaca basmallah, serta mengakhirinya dengan hamdallah.

Jika semua panduan ini diamlakan dengan ikhlas serta penuh kesungguhan, niscaya hari – hari kita akan menjadi hari - hari penuh kemengangan. Betapa tidak, seluruh anggota badan akan terlindung dari maksiat. Efeknya, hati akan tenang, pikiran akan jernih, doa ijabah, masalah menjadi mudah, energy kita pun akan optimal, karena hanya dimanfaatkan untuk hal – hal yang produktif serta bernilai tambah. Maka, awalilah hari dengan dzikir, isi hari dengan zikir, dan akhiri hari dengan dzikir. Namun jangan salah dzikir tidak hanya di masjid. Dzikir bisa hadir di kantor, di pasar, di terminal, dan di mana pun kita berada. Semoga kita bisa melakukannya dengan ikhlas.

Read More......

Segalanya Milik Allah

Telepon berdering. Diujung telepon, terdengar suara seorang laki – laki : “Assalamu’alaikum mas, tolong jemput zakat saya dan keluarga dengan alamat … routenya … silahkan ambil jam sekian …”

Inilah awal kisah nyata sebuah keluarga korban gempa jogja yang terjadi pada tanggal 27 Mei 2006 silam.

Gempa dengan kekuatan 5,9 skala richter (ada data lain yang menyebutkan 8,9 SR) yang mengguncang kota gudeg dan jateng sekitarnya itu, menyisakan kepedihan mendalam, isak tangis dan haru biru bagi warga Jogja dan Jateng. Rumah, toko, kendaraan, dan hewan ternak habis terkubur diantara puing – puing reruntuhan. Sebagian warga harus rela kehilangan sanak kerabat mereka untuk selamanya. Tak sedikit pula korban luka – luka tertimpa bangunan yang roboh. Sungguh guncangan hebat yang terjadi pada pagi buta itu menjadi cerita duka bagi warga Jogja dan Jateng. Hanya orang – orang yang bermental baja yang tetap tegar dan tabah menjalani semua cobaan yang diberikan sang Khalik ini.

Sebut saja Pak Yono, akan tetapi warga dusun Jetis Bolo, Desa Sawit Kecamatan Gantiwarno, Kabupaten Klaten ini lebih suka dipanggil dengan Pak Pardi. Ia adalah pengusaha selepan padi yang berusia 45 tahun. Ia harus merelakan kehilangan rumah, tempat untuk berteduh, bercengkrama dengan keluarga melepas lelah dan penat seharian mencari nafkah untuk menyambung hidup. Tidak hanya itu, sepeda motor dan harta benda lainnya juga ikut rusak tidak bisa dipergunakan lagi akibat tertimpa bangunan. Namun, Pak Pardi masih beruntung karena tidak ada satupun anggota keluarganya yang mengalami luka atau meninggal. Seluruh anggota keluarganya, anak, istri, orang tuanya selamat.

Peristiwa gempa tersebut menyisakan kesan dan hikmah yang mendalam bagi Pak Pardi dan keluarganya. Ia baru tersadar. Ternyata segalanya begitu cepat. Harta yang dulu dengan susah payah ia kumpulkan dari bekerja bertahun – tahun, sekejap mata harta benda itu rata dengan tanah. Tinggal tersisa puing – puing reruntuhan yang porak – poranda.

“Rasanya begitu cepat mas, kulo ajrih sanget wekdal meniko (saya takut sekali) tanpa dinyono – nyono, mak lap!” omah kulo niki sampun rata kaliyan lemah. Dados nopo – nopo entek (habis), ati kula pingin njerit mas, menawi ninggali kedadosan meniko,” ujar Pak Pardi terbata – bata sesekali menyeka buliran – buliran putih dipipinya. Setelah semuanya terjadi Pak Pardi merasakan ada sesuatu yang lain dalam dirinya. Seolah kuat fisiknya tak mampu lagi menahan derita dan kepedihan yang nyata didepan matanya. Kenyataan itu begitu memilukan.
Lama Pak Pardi tertegun dengan tatapan nanar namun hatiya bergolak. Ia tercekat, kemudian tersadar. Lalu kalimat istirja’ dan takbir, istighfar pun keluar meluncur dari lisan Pak Pardi. Dia tak sendirian, ketika ia menoleh, betapa bangunan – bangunan megah dan berdiri kokoh milik para tetangganya ikut rontok seperti daun gugur dimusim kering. “Allahu Akbar!” teriak Pak Pardi.

Ya, betapa gempa itu telah meluluh lantakkan segalanya. Ratusan bahkan ribuan orang menjadi korban. Harta benda yang ditaksir ratusan milyar rupiah. Begitu cepat. Peristiwa ini menjadikan pelajaran yang berharga bagi siapapun.

Singkat cerita, tatkala memasuki pertengahan ramadhan 1459 Hijriyah tahun lalu, berkaca dari peristiwa musibah gempa masa lalu, Pak Pardi yang kini berusaha bangkit dari keterpurukan itu, kembali merintis usaha selepan padinya. Mencoba berbesar hati dengan menerima dengan ikhlas cobaan yang ada dan mengambil sisi positif bagi dirinya dan keluarganya.

“Mas, mohon ini diterima! Hanya sedikit mas, saya niatkan untuk berzakat, semoga harta dan jiwa saya sekeluarga bersih dan menjadi amal kebaikan bagi kami, Silahkan disalurkan kepada yang berhak menerimanya,” tutur Pak Pardi penuh keyakinan.

Subhanallah, dengan ringan Pak Pardi mengeluarkan sebuah amplof tebal berisi uang. Setelah saya buka, ternyata isinya, uang lembaran seratusan ribu sebanayk dua puluh lembar. Ya, dua juta rupiah. Begitu ringannya beliau memberikan zakat itu, padahal saat saya melihat kondisi rumah dan fisik bangunannya belum rampung dibangun. Sungguh mulia hati Pak Pardi.
Tidak selesai sampai disitu, ketika saya ingin mengambil gambar untuk dokumentasi dan pelaporan LAZIS. Beliau menolak dengan kata – katanya yang teduh. “Tidak usah difoto mas, saya bukan apa – apa dihadapan Allah, saya ingin berbuat baik semoga Allah meridhoi,” katanya. Begitulah, ternyata musibah dan bencana menjadi pelajaran yang berharga bagi Pak Pardi dan keluarganya. Ia begitu tegar. Kondisinya yang sempit tidak menyudutkan hatinya untuk meneteskan empati dan kepeduliannya bagi sesamanya. Memang sekecil apapun kita harus belajar dari kisah ini, berapapun dan dalam keadaan apapun kita harus berderma. Memberikan keteduhan menebar kepedulian. Karena sesungguhnya segalanya hanyalah milik Allah. (Kisah Nyata – Seperti Dikisahkan Kepada Abu Faqih redaktur IMC)

Read More......