“Dan hendakalah takut kepada Allah orang – orang yang seandainya meninggalkan di belakangan mereka anak – anak yang lemah, yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka.” (An Nisa : 9)
Kalau kita sering membaca Al Quran maupun hadist, akan banyak menemukan dalil yang isinya menyuruh untuk mengantisipasi masa depan. Ini menunjukkan bahwa umat Islam diajak untuk serius memikirkan dan mempersiapkan masa depannya.
Lintas Ruang dan Waktu
Ayat diatas mengilhami kita untuk berpikir visioner, menembus jauh ke depan melampaui ruang dan waktu. Tidak boleh terjebak hanya berpikir dan bekerja untuk hari ini, apalagi hanya berpikir dan bekerja untuk hari ini, apalagi hanya untuk meratapi masa lalu. Sesekali boleh menengok masa lalu sebagai cermin utuk membaca diri. Tapi sesaat saja. Selebihnya adalah menatap masa depan. Adalah bodoh jika bercermin sepanjang hari, sama bodohnya jika berpikir dan bekerja hanya untuk hari ini.
Jika tidak berpikir antisipatif, dengan sendirinya kita akan tergiring untuk berpikir dan bersikap pragmatis dan reaktif. Pekerjaan kita hanya respon dangkal atas permainan yang dilempar orang lain. Hanya menari – nari diatas genderang orang lain, kita hanya mengerjakan PR yang dibuatkan orang lain. Maka kita akan menjadi bulan – bulanan pihak lain. Kita harus menjadi subjek yang menentukan arah dan tujuan hidup kita sendiri, apalagi bagi dunia. Kita harus istiqomah dalam berdakwh ditengah masyarakat yang modern ini.
Berpikir visioner akan menjadikan kita kreatif dan inovatif. Tidak akan berhenti berjuang hanya gara – gara batu sandungan, tak patah arang menghadapi rintangan dan tantangan. Karena tujuan sudah jelas dan peta sudah ditangan, maka semua cara akan digunakan, semua upaya dikerahkan, bahkan kita tak segan untuk berkorban. Jika sudah begini, Insya Allah seribu satu jalan akan terbuka menuju pulau harapan.
Visi muslim sejati adalah esensi dari ide besar Islam yang selalu diperjuangkan melalui misi, strategi, dan agenda yang jelas, terencana dan terukur. Visi tanpa aksi adalah mimpi. Aksi tanpa visi adalah rutinitas yang menjemukan, amal yang sia – sia, perbuatan yang tiada arti. Karena itu, setiap muslim mesti berpikir, akan menjadi apa sepuluh, dua puluh, atau seratus tahun yang akan datang. Bahkan harus bisa “melihat” bagaimana kehidupannya kelak di akhirat. Inilah yang membedakannya dengan pandangan awam, yag menganggap visi hanya seperti mimpi atau angan.
Teladan Abadi.
Ketika pertama kali menggerakkan dakwah, Rasulullah Saw sudah bisa melihat masa depan Islam, seabad, lima abad, empat belas abad, dua puluh abad ke depan, bahkan hingga dunia berakhir. Beliau memimpikan Islam yang memimpin, menguasai, dan menjadikan dunia selalu dalam keadaan beruntung. Tidak ada kata kalah, menyerah, atau terpinggirkan apalagi seorang da’i mujahid. Rasulullah saw selalu mencontohkan kata – kata yang unggul, hebat, tak terkalahkan, tak tertandingi, mulia, dan tinggi. Semua ini dicontohkan agar umatnya mempunyai rasa percaya diri untuk berjuang. Tanpa usaha yang berarti, semua kata – kata hebat itu hanya akan menjadi sejarah, dan kita sendiri akan terkubur bersamanya.
Orang seperti ini kurang mensyukuri nikmat Allah Swt. Sangat mengecewakan penciptanya, yang telah memberikan fasilitas hidup dan segala sarana yang tidak sedikit harganya. Bahkan, manusia yang tidak memiliki visi seperti ini sama halnya mayat hidup. Jasadnya hidup, tetapi sesungguhnya jiwanya telah mati. Na’udzubillah.
Kalau kita sering membaca Al Quran maupun hadist, akan banyak menemukan dalil yang isinya menyuruh untuk mengantisipasi masa depan. Ini menunjukkan bahwa umat Islam diajak untuk serius memikirkan dan mempersiapkan masa depannya.
Lintas Ruang dan Waktu
Ayat diatas mengilhami kita untuk berpikir visioner, menembus jauh ke depan melampaui ruang dan waktu. Tidak boleh terjebak hanya berpikir dan bekerja untuk hari ini, apalagi hanya berpikir dan bekerja untuk hari ini, apalagi hanya untuk meratapi masa lalu. Sesekali boleh menengok masa lalu sebagai cermin utuk membaca diri. Tapi sesaat saja. Selebihnya adalah menatap masa depan. Adalah bodoh jika bercermin sepanjang hari, sama bodohnya jika berpikir dan bekerja hanya untuk hari ini.
Jika tidak berpikir antisipatif, dengan sendirinya kita akan tergiring untuk berpikir dan bersikap pragmatis dan reaktif. Pekerjaan kita hanya respon dangkal atas permainan yang dilempar orang lain. Hanya menari – nari diatas genderang orang lain, kita hanya mengerjakan PR yang dibuatkan orang lain. Maka kita akan menjadi bulan – bulanan pihak lain. Kita harus menjadi subjek yang menentukan arah dan tujuan hidup kita sendiri, apalagi bagi dunia. Kita harus istiqomah dalam berdakwh ditengah masyarakat yang modern ini.
Berpikir visioner akan menjadikan kita kreatif dan inovatif. Tidak akan berhenti berjuang hanya gara – gara batu sandungan, tak patah arang menghadapi rintangan dan tantangan. Karena tujuan sudah jelas dan peta sudah ditangan, maka semua cara akan digunakan, semua upaya dikerahkan, bahkan kita tak segan untuk berkorban. Jika sudah begini, Insya Allah seribu satu jalan akan terbuka menuju pulau harapan.
Visi muslim sejati adalah esensi dari ide besar Islam yang selalu diperjuangkan melalui misi, strategi, dan agenda yang jelas, terencana dan terukur. Visi tanpa aksi adalah mimpi. Aksi tanpa visi adalah rutinitas yang menjemukan, amal yang sia – sia, perbuatan yang tiada arti. Karena itu, setiap muslim mesti berpikir, akan menjadi apa sepuluh, dua puluh, atau seratus tahun yang akan datang. Bahkan harus bisa “melihat” bagaimana kehidupannya kelak di akhirat. Inilah yang membedakannya dengan pandangan awam, yag menganggap visi hanya seperti mimpi atau angan.
Teladan Abadi.
Ketika pertama kali menggerakkan dakwah, Rasulullah Saw sudah bisa melihat masa depan Islam, seabad, lima abad, empat belas abad, dua puluh abad ke depan, bahkan hingga dunia berakhir. Beliau memimpikan Islam yang memimpin, menguasai, dan menjadikan dunia selalu dalam keadaan beruntung. Tidak ada kata kalah, menyerah, atau terpinggirkan apalagi seorang da’i mujahid. Rasulullah saw selalu mencontohkan kata – kata yang unggul, hebat, tak terkalahkan, tak tertandingi, mulia, dan tinggi. Semua ini dicontohkan agar umatnya mempunyai rasa percaya diri untuk berjuang. Tanpa usaha yang berarti, semua kata – kata hebat itu hanya akan menjadi sejarah, dan kita sendiri akan terkubur bersamanya.
Orang seperti ini kurang mensyukuri nikmat Allah Swt. Sangat mengecewakan penciptanya, yang telah memberikan fasilitas hidup dan segala sarana yang tidak sedikit harganya. Bahkan, manusia yang tidak memiliki visi seperti ini sama halnya mayat hidup. Jasadnya hidup, tetapi sesungguhnya jiwanya telah mati. Na’udzubillah.
0 komentar:
:f :D :) ;;) :x :$ x( :?
:@ :~ :| :)) :( :s :(( :o
Post a Comment