Apabila kita buka lembaran sejarah sejak Islam muncul menyeruak dinamika peradaban dunia, maka kita akan menemukan bahwa di setiap kurun, selalu ada tokoh terdepan yang memimpin generasinya. Mereka adalah penggores tinta emas yang menjadi energi generasi belakangan. Nama mereka harum semerbak mewarnai langkah garis perjuangan orang – orang setelah mereka. Cita – cita mereka melampaui usia dan generasi di mana mereka hidup. Karena mereka berjalan dengan mentaati rambu – rambu syariat Allah. Asa mereka dibalut dengan ketinggian dan keluhuran obsesi. Target mereka jauh ke depan demi menancapkan kepemimpinan Islam di atas semua peradaban.
Generasi sahabat misalnya. Kalau kita tilik lebih jauh, di kurun mereka sangat banyak para ulama yang menghabiskan hari – harinya dengan dakwah dan jihad mengajarkan ilmu dan berjuang memanggul senjata. Sebut saja Ibnu Mas’ud RA sebagai contoh. “Apabila umat ini hendak berinteraksi dengan Al Qur’an seperti Jibril mewahyukannya, maka hendaklah ia meniru bacaan Ibnu Mas’ud,” kira – kira demikian legalitas langsung dari mulut Rasulullah Saw. Untuk kecakapan Ibnu Mas’ud melafalkan ayat – ayat Allah. Sangat unik, dalam sejarah kita temukan betapa beliau tidak pernah berhenti membaca dan megajarkan ilmu, namun di sebalik itu beliau mampu menyingkap tabir – tabir rabbani dengan kualitas juang yang melebih itu semua. Beliau tidak mau absen dari medan dakwah dan jihad. Ibnu Mas’ud juga tampil generasi pertama yang membawa Islam ke negeri Seribu Satu malam, Irak.
Itulah Ibnu Mas’ud, salah seorang sosok sahabat Rasulullah yang telah mewariskan kepada kita, betapa Islam adalah agama yang komprehensif, integral, dan universal. Di satu sisi, Islam adalah aqidah dan akhlak, ilmu dan ibadah, masjid dan pasar tetapi di sisi yang lebih luas, Ibnu Mas’ud memahami betul bahwa “Islam juga adalah dakwah dan jihad”. Itulah mengapa generasi mereka disebut oleh Rasulullah Saw sebagi Khairul Qurun.
Saat ini kita hidup di tengah – tengah arus globalisasi. Pergumulan ideologi berpacu dengan dekadensi yang terjadi di semua nilai. Keroposnnya iman dan melemahnya daya tahan menghadapi tantangan tengah menggerogoti umat. Krisis ekonomi melumpuhkan anak – anak bangsa, bencana alam menghimpit di mana – mana, kemisikinan, pembunuhan, penindasan, perampokan, pengangguran, semuanya melengkapi komplikasi problem yang melanda umat.
Allah Swt telah megajarkan kepada kita semua, siapapun kita, dimana dan apapun profesi kita : “Dan katakanlah : “Bekerjalah kamu, maka Allah dan rasul-Nya serta orang – orang mukmin akan melihat pekerjaanmu itu, dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah) yang mengetahui akan yang ghaib dan yang nyata, lalu diberitakan-Nya kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan. (QS At Taubah : 105).
Subhanallah. Beliau yakin, semulia apapun tanah yang kita injak, ia tidaklah jaminan untuk mengkapling surga di akhirat kelak. Amal dan pengadianlah yang akan mampu mengganti segala dosa dengan kebaikan. Tapaki jalan hidup dengan berbuat yang baik untuk diri dan umat. Melangkah dengan penuh tekad. Menyemai benih – bnieh kebangkitan dengan ilmu dan amal, dakwah dan prestasi. Kata kuncinya ada di tekad membaja hati ini. Sejauh mana kita mapu menata diri, mengauh biduk studi dengan dayung prestasi. Agar sampai ke negeri impian. Dikenang oleh generasi berikutnya.
Generasi sahabat misalnya. Kalau kita tilik lebih jauh, di kurun mereka sangat banyak para ulama yang menghabiskan hari – harinya dengan dakwah dan jihad mengajarkan ilmu dan berjuang memanggul senjata. Sebut saja Ibnu Mas’ud RA sebagai contoh. “Apabila umat ini hendak berinteraksi dengan Al Qur’an seperti Jibril mewahyukannya, maka hendaklah ia meniru bacaan Ibnu Mas’ud,” kira – kira demikian legalitas langsung dari mulut Rasulullah Saw. Untuk kecakapan Ibnu Mas’ud melafalkan ayat – ayat Allah. Sangat unik, dalam sejarah kita temukan betapa beliau tidak pernah berhenti membaca dan megajarkan ilmu, namun di sebalik itu beliau mampu menyingkap tabir – tabir rabbani dengan kualitas juang yang melebih itu semua. Beliau tidak mau absen dari medan dakwah dan jihad. Ibnu Mas’ud juga tampil generasi pertama yang membawa Islam ke negeri Seribu Satu malam, Irak.
Itulah Ibnu Mas’ud, salah seorang sosok sahabat Rasulullah yang telah mewariskan kepada kita, betapa Islam adalah agama yang komprehensif, integral, dan universal. Di satu sisi, Islam adalah aqidah dan akhlak, ilmu dan ibadah, masjid dan pasar tetapi di sisi yang lebih luas, Ibnu Mas’ud memahami betul bahwa “Islam juga adalah dakwah dan jihad”. Itulah mengapa generasi mereka disebut oleh Rasulullah Saw sebagi Khairul Qurun.
Saat ini kita hidup di tengah – tengah arus globalisasi. Pergumulan ideologi berpacu dengan dekadensi yang terjadi di semua nilai. Keroposnnya iman dan melemahnya daya tahan menghadapi tantangan tengah menggerogoti umat. Krisis ekonomi melumpuhkan anak – anak bangsa, bencana alam menghimpit di mana – mana, kemisikinan, pembunuhan, penindasan, perampokan, pengangguran, semuanya melengkapi komplikasi problem yang melanda umat.
Allah Swt telah megajarkan kepada kita semua, siapapun kita, dimana dan apapun profesi kita : “Dan katakanlah : “Bekerjalah kamu, maka Allah dan rasul-Nya serta orang – orang mukmin akan melihat pekerjaanmu itu, dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah) yang mengetahui akan yang ghaib dan yang nyata, lalu diberitakan-Nya kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan. (QS At Taubah : 105).
Subhanallah. Beliau yakin, semulia apapun tanah yang kita injak, ia tidaklah jaminan untuk mengkapling surga di akhirat kelak. Amal dan pengadianlah yang akan mampu mengganti segala dosa dengan kebaikan. Tapaki jalan hidup dengan berbuat yang baik untuk diri dan umat. Melangkah dengan penuh tekad. Menyemai benih – bnieh kebangkitan dengan ilmu dan amal, dakwah dan prestasi. Kata kuncinya ada di tekad membaja hati ini. Sejauh mana kita mapu menata diri, mengauh biduk studi dengan dayung prestasi. Agar sampai ke negeri impian. Dikenang oleh generasi berikutnya.
0 komentar:
:f :D :) ;;) :x :$ x( :?
:@ :~ :| :)) :( :s :(( :o
Post a Comment