Kepada Siapakah Kita Berdakwah?

Islam adalah agama universal bagi seluruh umat manusia. Menjadi kewajiban setiap individu muslim untuk menegakkan panji – panji dakwah ini dengan hikmah dan suri tauladan yang baik. Sebagaimanan firman Allah Swt, yang artinya, “(…serulah manusia kepada jalan Allah dengan hikmah dan teladan yang baik,…). Kita ambil contoh, ketika Abu Sufyan (saat berdakwah kepada penguasa) ditanya oleh Raja Heraklius tentang siapakah para pengikut Muhammad, maka dengan apa adanya Abu Sufyan menjawab bahwa para pengikut Muhammad adalah orang – orang yang lemah. Setelah menyimak ciri – ciri Muhammad sebagaimana yang disampaikan oleh Abu Sufyan, maka Heraklius pun membenarkan kenabian dan kerasulan Muhammad. Saudaraku, dakwah ini harus kita usung secara rapi dan massive, kepada siapapun. Kaya – miskin, rakyat atau pejabat, kita harus mendakwahkan Islam.

Kita sangat mengetahui bahwa pada masa – masa awal Islam, para pengikut Nabi adalah orang – orang seperti Bilal, Ibnu Ummi Maktum, Ammar, Shuhaib, Khabbab, dan sederet orang – orang papa dan lemah. Mereka bukanlah orang – orang yang berpengaruh.

Namun disisi yang lain, Nabi juga pernah berdoa agar Hamzah atau Umar masuk Islam, karena keduanya sangat ditakuti oleh orang – orang Quraisy. Begitu pula, betapa gembiranya Nabi Saw ketika Mush’ab Ibnu Umair yang biasa bergelimang dengan kemewahan akhirnya masuk Islam, dan ternyata, memang Mush’ab Ibnu Umair di kemudian hari memiliki kontribusi yang cukup besar dalam merintis dakwah Islam ke Madinah.

Kalau kita mencermati beberapa peristiwa diatas, maka kita akan sadar bahwa tidak ada tuntunan atau contoh dari Nabi Saw agari kita memilih – milih obyek dakwah. Cuma yang perlu ditekankan adalah perlunya manajemen yang rapi. Kita boleh berusaha keras merangkul kalangan elit (penguasa) tetapi pada saat yang sama kita juga harus berusaha keras untuk merangkul kalangan yang lemah dan papa. Masih ingatkah kita dengan dakwah Imam Hasan Al Banna rahimakumullah yang dimulai dari warung – warung kopi? Namun pada saat yang sama, beliau juga berusaha mendekati para ulama Al Azhar Mesir.

Tidakkah kita pernah merasa bahwa sebetulnya diluar sana banyak sekali orang – orang yang juga ingin merasakan nikmatnya sentuhan Islam? Mereka amat ingin, namun pada saat yang sama mereka merasa minder atau bahkan keindahan Islam yang indah itu adalah Islam yang eksklusif, bahwa Islam yang indah itu hanyalah milik orang – orang terpelajar atau orang kaya saja. Atau lebih fatal mereka menganggap Islam itu kuno.

Kita sangat tidak menginginkan bahwa nanti akan muncul banyak label islam : Islamnya mahasiswa, Islamnya professional, yang berbeda dengan Islamnya buruh, Islamnya petani, Islamnya pemuda jalanan, dan sebagainya. Tidak! Label Islam hanya ada satu : Islam dengan aqidah yang satu. Ketika seseorang telah merengkuh cahaya Islam, yang menjadi nilai baginya adalah taqwanya. Maka, menjadi kewajiban setiap muslim untuk mendakwahkan nilai – nilai Islam ini kepada siapa saja. Demikian, semoga bermanfaat.

0 komentar:

Post a Comment